DUMAI (DUMAIPOSNEWS)– Kilang Pertamina Dumai menegaskan komitmennya dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja (K3) melalui penerapan sistem manajemen HSSE yang terintegrasi. Seluruh aspek operasional dijalankan berdasarkan prinsip Plan–Do–Check–Action (PDCA), sebuah siklus manajemen yang terbukti efektif dalam memastikan keselamatan kilang maupun pekerja. Dengan pola ini, seluruh kegiatan senantiasa melalui proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta tindak lanjut yang berkesinambungan.
Pada tahap perencanaan (Plan), Kilang Dumai berpedoman pada pengelolaan HSSE berbasis risiko yang mengacu pada regulasi nasional antara lain Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja serta PP No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan standar internasional seperti ISO 45001: 2018. Landasan ini memastikan bahwa sistem manajemen keselamatan yang dijalankan perusahaan telah memenuhi aturan standar nasional dan internasional.
Selanjutnya pada tahap pelaksanaan (Do), Kilang Dumai mengimplementasikan berbagai sistem keselamatan, di antaranya Corporate Life Saving Rules (CLSR) dan Proses Safety-Asset Integrity Management (PSAIM). Kedua sistem ini dirancang untuk melibatkan pekerja di seluruh tingkatan organisasi, sehingga kepedulian terhadap keselamatan benar-benar menjadi budaya kerja bersama.
Penguatan pelaksanaan tersebut juga didukung oleh Fungsi HSSE yang saat ini memiliki rasio pekerja yaitu 1 personel HSSE mendukung 11 pekerja serta didukung juga dengan Safety Man – Mitra Kerja HSSE. Kehadiran fungsi HSSE memastikan setiap pekerjaan senantiasa dalam pengawasan aspek K3, sehingga potensi bahaya dapat dicegah sejak dini. Perusahaan percaya bahwa investasi dalam tenaga pengawas keselamatan merupakan langkah penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Tahap berikutnya adalah pemeriksaan (Check). Kilang Dumai secara konsisten melaksanakan audit internal maupun eksternal guna mengukur efektivitas penerapan sistem HSSE. Audit tersebut antara lain Audit SMK3 oleh Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker), Survey Budaya HSSE, hingga ISRS (International Sustainability Rating System). Hasil dari Audit SMK3 oleh Kemnaker bahkan menunjukkan capaian membanggakan, seperti nilai 96,39% dengan kategori Satisfactory, yang menegaskan tingkat kepatuhan tinggi terhadap standar keselamatan.
Setiap hasil audit kemudian ditindaklanjuti pada tahap Action, yakni perbaikan berkelanjutan agar sistem keselamatan selalu relevan dengan dinamika operasional. Kilang Dumai memastikan bahwa setiap temuan bukanlah akhir, melainkan titik awal untuk melakukan inovasi, penyempurnaan prosedur, serta peningkatan budaya kerja yang lebih aman di masa depan.
Komitmen ini juga tercermin dari berbagai penghargaan nasional dan internasional yang berhasil diraih. Kilang Pertamina RU II Dumai tidak hanya konsisten menerapkan siklus PDCA sebagai standar kepatuhan, tetapi juga melampauinya dengan torehan berbagai prestasi nasional maupun internasional yang membuktikan komitmen nyata perusahaan dalam menjadikan keselamatan sebagai budaya kerja unggulan.
Hingga tahun 2025, Kilang Dumai telah menerima 4 penghargaan internasional termasuk WISCA–WSO Award kategori Platinum, 19 penghargaan nasional seperti PROPER Emas, Zero Accident Award, dan Indonesia Safety Excellence Award, serta 8 penghargaan internal Pertamina termasuk HSSE Demoro Award. Menurut Area Manager Communication, Relations, & CSR RU II Dumai, Agustiawan, “Capaian ini adalah bukti bahwa siklus PDCA bukan sekadar teori manajemen, melainkan bentuk nyata keseriusan perusahaan dalam menjadikan keselamatan sebagai prioritas utama” tutupnya.
*Praktisi Tegaskan Mustahil 0 Kecelakaan, Penerapan HSSE di Industri Migas Tetap Kunci Utama*
Meski Kilang Pertamina Dumai telah menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berbasis Plan–Do–Check–Action (PDCA) serta meraih berbagai penghargaan nasional maupun internasional, pakar keselamatan menegaskan bahwa target “Zero Accident” secara mutlak adalah hal yang mustahil dicapai.
Menurut pengamat K3 dari World Safety Organization (WSO) Indonesia, Soehatman Ramli, secara teori tidak ada satu pun perusahaan di dunia yang benar-benar dapat menjamin nol kejadian sama sekali.
“Mengurangi frekuensi kecelakaan bisa dilakukan, tetapi menyatakan 0 itu sesuatu yang mendahului Allah. Dalam hirarki kecelakaan ada sekitar 2% kecelakaan yang unpreventable atau act of God. Jadi tidak mungkin manusia menyatakan akan 0% kecelakaan,” jelasnya.
Soehatman juga mencontohkan bahwa perusahaan migas kelas dunia pun tidak luput dari kejadian, meski sistem keselamatan mereka sangat ketat. “Makanya sebesar besarnya perusahaan migas itu pun masih dapat terjadi potensi kecelakaan. Makanya kita mengembangkan namanya Safety culture,” tambahnya.
Soehatman mengutip pandangan ahli K3 internasional yang mengatakan bahwa “managing safety is like war, a never ending struggle” atau mengelola K3 ibarat perang gerilya yang tidak pernah selesai. “Maksudnya, kecelakaan bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan menimpa siapa saja. Oleh karena itu, tantangan kita adalah terus berjuang mengendalikan risiko agar dampaknya bisa ditekan sekecil mungkin,” tegas Soehatman.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya HSSE di industri migas yang memiliki tingkat risiko tinggi. “Industri migas itu berbeda dengan industri lain. Kalau terjadi sekali saja, dampaknya bisa besar. Walau jumlah kecelakaan di migas relatif kecil, hanya sekitar 120 kasus per tahun menurut data Ditjen Migas, setiap kejadiannya bisa langsung menjadi perhatian dunia. Itu seperti perbandingan naik bus, kereta, atau pesawat: risikonya paling kecil di pesawat, tapi sekali jatuh dampaknya luar biasa besar,” ungkapnya.
Karena itu, menurutnya, penerapan budaya keselamatan (safety culture) menjadi kunci utama. “Perusahaan besar sekalipun tetap bisa mengalami kejadian karena faktor manusianya. Namanya manusia, bisa lupa, bisa lalai. Karena itu safety culture sangat penting. Jika perusahaan sudah mencapai level 5, artinya semua pekerja sadar, saling mengingatkan, dan menjadikan K3 sebagai bagian dari kehidupan kerja sehari-hari. Itulah yang harus terus kita bangun,” jelas Soehatman.
Pernyataan tersebut semakin menegaskan komitmen Kilang Pertamina Dumai bahwa penerapan PDCA dan prestasi keselamatan yang diraih bukanlah akhir, melainkan bagian dari perjalanan membangun budaya HSSE yang berkelanjutan.(rio)