
Foto: Elvia dalam kondisi kritis dirawat di rumah sakit.
SELATPANJANG (DUMAIPOSNEWS.COM) – Pagi yang seharusnya menjadi awal rutinitas biasa bagi Elvia Agustina (51), seorang ibu rumah tangga yang beralamat di Jalan Sumber Sari, Kelurahan Selatpanjang Timur, berubah menjadi tragedi. Di bawah langit cerah Selasa (22/7/2025) sekitar pukul 10.00 WIB, Elvia mengendarai sepeda motor matik, mengenakan helm, dan membawa makanan yang tampak ia persiapkan dengan penuh kasih sayang.
Namun, saat melintas di Jalan Handayani, Kelurahan Selatpanjang Timur, nasib berkata lain. Leher Elvia mendadak tersangkut kabel jaringan internet yang melintang rendah di tengah jalan. Tarikan mendadak itu melemparkan tubuhnya dari sepeda motor. Helm yang dikenakannya terlepas, dan kepala bagian kanannya menghantam aspal dengan keras.
Suasana yang semula ramai berubah hening. Seorang saksi mata, Mhd Isaemiy (58), warga Desa Alahair, mengenang detik-detik itu dengan ngeri.
“Korban langsung jatuh, helmnya terlepas, dan kepalanya membentur aspal. Darah mengalir deras, dia tidak sadarkan diri,” ucap Isaemiy yang saat itu berada tak jauh dari lokasi.
Warga yang tergugah oleh teriakan dan insiden mendadak itu segera memberikan pertolongan. Dengan sigap, mereka membawa Elvia menggunakan becak motor menuju RSUD Kepulauan Meranti di Jalan Dorak. Di ruang HCU rumah sakit, Elvia kini terbaring lemah, tak sadarkan diri, dengan luka parah di bagian kepala. Pendarahan dalam membuat kondisinya kritis.
Seorang kerabat mengungkapkan, Elvia belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Rencananya, ia akan segera dirujuk ke Pekanbaru untuk perawatan lanjutan.
Peristiwa ini menampar kesadaran publik akan bahaya instalasi kabel internet yang sembarangan. Kabel yang semestinya tersembunyi dan aman, justru menjadi jerat maut di jalanan umum. Warga pun mendesak pihak berwenang dan penyedia jasa internet untuk segera menyelidiki insiden ini dan mengevaluasi pemasangan kabel-kabel tersebut agar tragedi serupa tidak kembali merenggut nyawa atau melukai warga.
Di tengah duka mendalam, Isaemiy, kerabat sekaligus saksi mata kejadian nahas yang menimpa Elvia Agustina, menyuarakan kekecewaan yang mewakili keluarga besar korban. Dengan suara bergetar menahan marah dan sedih, ia berdiri di lokasi kecelakaan, menatap kabel melintang yang masih menggantung — menjadi simbol dari kelalaian dan lemahnya tanggung jawab.
“Pengusaha jaringan internet di Meranti ada empat, tapi tidak ada yang mengaku bahwa kabel itu milik mereka,” ucapnya, sambil menunjuk tiang yang menyangga kabel tanpa identitas itu.
Pernyataan itu bukan hanya gugatan moral, tapi juga jeritan batin dari keluarga yang sedang berjuang melihat anggota mereka terbaring tanpa kesadaran di ruang HCU. Isaemiy tidak hanya menyayangkan insiden ini, tetapi juga menyayangkan sikap saling lempar tanggung jawab dari pihak-pihak yang seharusnya bisa berdiri tegak menjawab persoalan.
“Kami, mewakili warga, berharap agar pihak terkait tidak lepas tangan. Harus ada kejelasan dan pertanggungjawaban dari pemilik jaringan tersebut,” tegasnya kepada wartawan, dengan sorot mata yang tajam dan penuh desakan keadilan.
Ia juga meminta pihak berwenang segera turun tangan menyelidiki dan mengusut tuntas asal-usul kabel tersebut, sekaligus mengevaluasi seluruh instalasi kabel internet di daerah tersebut. Tidak boleh ada lagi kabel sembarangan yang melintang, tidak boleh ada lagi korban yang jatuh karena kelalaian yang dianggap sepele.
Di balik bentangan kabel yang menggantung, luka Elvia menjadi simbol nyata dari bahaya yang tidak terlihat tapi mematikan. Dan jika tidak segera ada langkah serius, bisa jadi korban berikutnya hanyalah soal waktu.
Di sudut ruang rumah sakit, keluarga Elvia hanya bisa berharap dan berdoa agar ia kembali membuka mata dan pulang dengan selamat. Di jalanan Selatpanjang, tanda tanya besar kini menggantung—sampai kapan masyarakat harus hidup berdampingan dengan bahaya yang menggantung di atas kepala mereka.(ian)