DUMAI (DUMAIPOSNEWS) — Laskar Hulubalang Melayu Bersatu (LHMB) Kecamatan Sungai Sembilan Dumai menyampaikan keprihatinan yang mendalam saat menyikapi penurunan secara drastis pendapatan nelayan Sungai Sembilan.
Penurunan pendapatan nelayan diyakini karena rentetan akibat limbah perusahaan mencemari kealamian laut sekitarnya. Akibat itu tangkapan ikan tidak lagi bisa diandalkan guna menopang kelangsungan ekonomi keluarga nelayan.
Untuk itu, wadah LHMB Sungai Sembilan mendesak 13 perusahaan yang beroperasi mengeruk keuntungan dipinggir laut Sungai Sembilan segera menyalurkan kontribusinya bagi nelayan. Kontribusi perusahaan bisa bantuan alat tangkap dan sebagainya.
Demikian penegasan Panglima Bungsu LHMB Kecamatan Sungai Sembilan Datuk Bachtiar didampingi sejumlah timbalan (wakil) LHMB Sungai Sembilan kepada Dumaipos News.com di Sungai Sembilan, baru-baru ini. Eksistensi LHMB menanti hal ini direalisasikan pihak-pihak perusahaan.
“Kami sangat prihatin menyikapi penurunan dratis tangkapan nelayan. Ini tak lepas dari pencemaran laut sekitar perusahaan. Supaya dapat ikan, nelayan terpaksa jauh berlayar ke tengah laut. Maka itu harus ada kompensasi yang layak diberikan pihak-pihak perusahaan,” tegas Panglima Bungsu Datuk Bachtiar.
Panglima Bungsu Datuk Bachtiar meminta 13 perusahaan untuk segera mewujudkan bentuk kontribusi mereka masing-masing. “Kalau mengharap bantua Pemerintah atau menyampaikan aspirasi melalui wakil rakyat (DPRD) prosedur dan waktu begitu lama bagi nelayan,” ujar Datuk Bachtiar mengingatkan.
Disebutkan Panglima Bungsu LHMB Datuk Bachtiar, 13 perusahaan pengolahan sawit tujuan ekspor eksis beroperasi di Sungai Sembilan. Selain PT.IBP ada PT.Surya Dumai, PT Semen Padang, PT Meridan, PT. Energi Unggul Persada, PT.INDO PALM, PT.SDS, PT.SDO, PT.Eqoil, PT.Sinar Mas, PT.Ivo Mas Tunggal, dan PT.Agro.
Bila 13 perusahaan tersebut menyalurkan kompensasi kemasyarakat nelayan, lanjut Panglima Bungsu Datuk Bachtir, tentu keberadaan perusahaan makin dirasakan masyarakat manfaatnya.
“Yang penting masyarakat nelayan terbantu,” harap pucuk pimpinan ormas pribumi LHMB Sungai Sembilan Datuk Bachtiar.
Lebih rinci dipaparkan panglima negri yang enerjik ini, perorang nelayan butuh minimal 15 sampai 20 keping alat tangkap ikan berupa jaring. Satu keping bantuan jaring sangat tidak menunjang aktifitas menjaring ikan dilautan.
“Hal ini perlu disampaikan setelah sempat ada perusahaan yang menyalurkan bantuan sekeping jaring per nelayan. Itu sangat tak cukup. Satu kapal nelayan butuh 15 hingga 20 keping jaring, baru bisa nelayan itu punya penghasilan lebih,” beber Panglima Bungsu Datuk Bactiar.
Agar pendapatan nelayan dari aktifitas melaut yang dilakukannya lebih produktif, Panglima Bungsu Datuk Bachtiar sangat mengharapkan pihak perusahaan segera menyalurkan bentuk kepedulian terhadap nelayan disekitar lingkungannya berada.
Di Rimbun Jaya Lubug Gaung Sungai Sembilan misalnya dua kelompok nelayan tengah mengalami kesulitan tiap-tiap turun menjalankan aktifitas menangkap ikan. Ini karena keterbatasan alat tangkap. Kedua kelompok nelayan mencakup 15 dan 20 KK.
Panglima Bungsu LHMB Sungai Sembilan Datuk Bachtiar menekankan, sangat berarti bila nelayan segera tersentuh keberpihakan perusahaan yang kelangsungannya berdampingan langsung dengan masyarakat nelayan.
Daerah laut dilingkup 13 perusahaan bikin nelayan malas menjaring ikan. Dapat pun ikan pada gilirannya konsumen enggan membeli karena ikannya bau limbah. Harusnya saat kondisi begitu perusahaan memperlihatkan belas kasihannya kepada para nelayan.
“Mereka menangkap ikan tapi tidak ada yang mau beli karena ikan sekitar itu bau limbah. Karena itu nelayan terpaksa harus jauh-jauh ke tengah laut. Saat bersamaan, alat tangkap tidak memadai,” papar putra melayu ini prihatin.(ery)